Berita sepakbola belakangan ini didominasi oleh berita pemecatan para pelatih di seluruh dunia. Para pemilik klub atau ketua federasi sepakbola mungkin sudah banyak kehilangan kesabaran atas hasil buruk yang di raih klubnya.
Mark Hughes, Unai Emery, Mano Menezes, dan yang terbaru adalah Mauricio Pochettino. Namun di antara semuanya, yang paling menghebohkan tentu adalah pemecatan Roberto Di Matteo dari kursi pelatih Chelsea.
Banyak pihak yang menyayangkan keputusan Roman Abramovich itu. Mereka menganggap Di Matteo diperlakukan dengan brutal. Setelah memenangkan Piala FA dan Liga Champions, Di Matteo dipecat hanya karena performa Chelsea yang sedikit menurun.
Mungkin memang benar Di Matteo diperlakukan tidak adil, tetapi setidaknya ia dipecat dengan 'sopan' oleh Chelsea. Ia masih beruntung jika dibandingkan dengan beberapa manajer dalam daftar ini. Berikut adalah deretan manajer yang mendapatkan vonis pemecatan dengan cara yang kejam.
Mark Hughes, Unai Emery, Mano Menezes, dan yang terbaru adalah Mauricio Pochettino. Namun di antara semuanya, yang paling menghebohkan tentu adalah pemecatan Roberto Di Matteo dari kursi pelatih Chelsea.
Banyak pihak yang menyayangkan keputusan Roman Abramovich itu. Mereka menganggap Di Matteo diperlakukan dengan brutal. Setelah memenangkan Piala FA dan Liga Champions, Di Matteo dipecat hanya karena performa Chelsea yang sedikit menurun.
Mungkin memang benar Di Matteo diperlakukan tidak adil, tetapi setidaknya ia dipecat dengan 'sopan' oleh Chelsea. Ia masih beruntung jika dibandingkan dengan beberapa manajer dalam daftar ini. Berikut adalah deretan manajer yang mendapatkan vonis pemecatan dengan cara yang kejam.
Derek Dooley (1973)
Pada malam Natal 1973, Derek Dooley diundang ke kantor petinggi Sheffield Wednesday di stadion Hillsborough. Dooley mengira ia akan mendapat hadiah Natal berupa dana transfer bagi timnya. Ia sebelumnya memang telah meminta dana tambahan untuk transfer pemain.
Alangkah terkejutnya Dooley ketika tahu bahwa ia diundang untuk dipecat.
Bruce Rioch (1997)
“Saya sedang berada di rumah menonton opera sabun di televisi. Saya lalu melihat ceefax dan membaca bahwa saya sudah dipecat oleh QPR,” ucap Bruce Rioch waktu itu.
Ceefax adalah semacam berita berupa tulisan yang ditayangkan di televisi Inggris. QPR kemudian meminta maaf atas cara pemecatan ini.
Frank Clark (1998)
Hari biasa bagi Frank Clark berubah menjadi hari yang luar biasa. Well, lebih tepatnya luar biasa mengejutkan dan menyakitkan.
Clark sedang berada di dalam mobil menju tempat latihan Manchester City. Sepanjang perjalanan, ia mendengarkan radio untuk sekedar mengusir kebosanan. Ia mendengar berita bahwa ada seorang pelatih yang dipecat, dan ia sangat kaget ketika tahu bahwa yang telah dipecat adalah dirinya.
Harald Schumacher (1999)
Harald Schumacher adalah pelatih Fortuna Cologne yang dipecat dengan cara yang sangat menyakitkan oleh pemilik klub.
Ketika memimpin Fortuna Cologne bertanding melawan Waldof Mannheim, Schumacher dipecat oleh pemilik klub, Jean Loering. Schumacher mendampingi anak asuhnya pada babak pertama. Pada pergantian babak, Schumacher secara resmi dipecat dan dilarang mendampingi tim pada babak kedua.
"Saya mengidolakan Schumacher sebagai pemain namun saya tak akan biarkan dia membawa klub saya ke liang kubur," ujar Loering menjelaskan keputusannya saat itu.
Martin Jol (2007)
Martin Jol agak terkejut ketika ponselnya bergetar di tengah babak kedua pertandingan antara Tottenham melawan Getafe di ajang Piala UEFA. Setelah membaca isi SMS di ponsel, rasa terkejut Jol berubah jadi rasa marah.
Jol mendapat berita bahwa pihak klub Tottenham telah memecat dirinya dan akan segera diumumkan setelah pertandingan usai.
Ruud Gullit (2008)
Hubungan Ruud Gullit dengan pemilik Chelsea saat itu, ken Bates, sudah memburuk. Pada akhirnya, Bates dan para petinggi Chelsea memutuskan untuk mendepak Gullit.
Bates dan dewan direksi Chelsea merahasiakan pemecatan itu dari Gullit. Mereka hanya memastikan Gullit tahu pemecatan itu lewat Teletext ketika menonton televisi. Teletext adalah sejenis layanan berita tulis yang disampaikan lewat televisi.
Tony Adams (2009)
Selama dipimpin Tony Adams, Portsmouth memang lebih banyak memperoleh hasil buruk. Kombinasi dari kesulitan keuangan dan hengkangnya pemain-pemain bintang membuat The Pompey susah meraih hasil bagus.
Karena itu, banyak yang menyebut pemecatan Adams memang sudah bisa diprediksi. Namun cara klub memecat mantan pemain Arsenal ini cukup kejam. Adams dipecat ketika tengah sibuk menggelar pesta ulang tahun kelima putranya, Atticus Adams.