7 Temuan Top Arkeologi Indonesia

Diposting oleh Unknown on Minggu, 06 Januari 2013


Beragam peninggalan arkeologis dari masa manusia purba dan kerajaan Nusantara ditemukan tahun 2012. Di antara ragam penemuan, 5 di antaranya yang baru dan menonjol. Seluruh temuan bisa menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki sejarah peradaban yang luar biasa, tak kalah dengan peninggalan Suku Maya yang sempat membuat geger. Apa saja peninggalan arkeologis Indonesia tahun ini? Berikut uraiannya.


1. Situs Bersejarah di Parkiran McDonald's Malang


Sebuah situs bersejarah ditemukan di area yang berdiri bangunan McDonald's, di Jalan Mayjen DI Panjaitan, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Situs yang merupakan peninggalan pada masa pra sejarah itu dinamai Situs Ketawanggede karena situs tersebut berada di Kelurahan Ketawanggede. Di situs Ketawanggede tersebut berhasil ditemukan antara lain dua buah yoni tanpa lingga, potongan atap miniatur candi, balok batu, pelandas tiang, dan beberapa muka-muka batu. Menurut Dwi Cahyono, seorang arkeolog dari Universitas Negeri Malang, keberadaan situs tersebut sudah ditemukan kurang lebih dua tahun lalu. Hanya, saja sampai sekarang belum didaftarkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang oleh pihak McDonald's, selaku pemilik lahan. "Situs itu juga belum teregistrasi di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan. Makanya, saya berharap situs tersebut segera didaftarkan," harap Dwi, usai melihat langsung keberadaan situs tersebut, Rabu (10/10/2012). Situs tersebut jelas Dwi, adalah tempat tiang untuk bangunan panggung, yang menjadi tempat peribadatan yang disucikan, atau tempat pemujaan warga Hindu sekte siwa. Dwi mengatakan, melihat situs itu, berarti di wilayah Kali Brantas ini, pernah ada bangunan panggung, berarsitektur Hindu Buddha masa kerajaan Singosari atau Majapahit. Reruntuhan candi itu, jelas Dwi, tergolong cukup besar dan berusia ratusan tahun. "Jenis batunya adalah jenis batu andesit yang ada sejak abad 13-14 lampau. Itu ciri peninggalan lintas masa," katanya. Lebih lanjut Dwi menegaskan, situs tersebut bisa dimiliki perorangan. Tapi keberadaannya harus dilaporkan ke dinas terkait. Di lahan sekitar ditemukannya situs itu, harus ada lahan khusus untuk umum, yang ingin melihat situs tersebut. "Jika di area situs itu dilakukan penggalian, saya yakin masih banyak situs sejenis yang lebih besar bisa ditemukan. Karena di area itu pernah dibangun candi pemujaan zaman Hindu Buddha," katanya. Dwi menambahkan, dalam UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya, di sekitar situs itu tak boleh berdiri bangunan apa pun. Lahan di sekitar situs harus dibebaskan. Bukan lagi milik McDonald's. "Sementara, saat ini malah menjadi area parkir McDonald's," katanya. Selama ini, tambah Dwi, keberadaan situs itu terkesan tertutup. Pemerintah bisa memberikan ganti rugi kepada pemilik lahan. Sementara itu, ditemui Kompas.com, Nita, Marketing McDonald's, tidak mau memberikan keterangan soal keberadaan situs tersebut. Ia hanya mengatakan bahwa McDonald's dibangun sejak 19 Juli 2011. Di tempat berbeda, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, Ida Ayu Wahyuni mengaku tidak tahu keberadaan situs di area McDonald's tersebut. "Saya tidak tahu ada situs di situ. Situs belum didaftarkan. Kamis (11/10/2012) besok, saya akan lihat ke lokasi," katanya.


2. Dua Bangunan Candi di Pati


Tim Balai Arkeologi Yogyakarta dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah berhasil mengekskavasi dua bangunan candi di Desa Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Hasil ekskavasi menunjukkan bahwa dua candi tersebut berada di satu kompleks percandian. Satu candi merupakan candi induk, sementara candi lain merupakan candi perwara. "Arsitektur candi sudah berhasil diketahui. Candi induknya berbentuk bujur cangkar dengan ukuran 5,9 x 5,9 meter. Sementara candi perwara berukuran 2,7 x 4,6 meter," ungkap Rita Istari, ketua tim peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta. Tim juga berhasil mengetahui arah candi. Untuk candi induk menghadap ke arah barat, sementara candi perwara menghadap ke timur, ke arah candi induk. Rita yang dihubungi Kompas.com, Rabu (18/7/2012), menuturkan, bagian candi yang masih utuh adalah dasar atau batur candi. Menurut hasil pengukuran, bagian batur candi memiliki tinggi 77 cm. Bagian atap dan tubuh candi sudah runtuh. "Candi ini diperkirakan berasal dari abad 8-10 Masehi, sezaman dengan Borobudur," ungkap Rita. Rita mengatakan, untuk memastikan usia candi tersebut, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan prasastinya. Prasasti yang ditemukan bisa mengonfirmasi tahun pembangunan candi secara pasti. Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta, Siswanto, menuturkan bahwa candi yang ditemukan ialah candi Hindu. Konfirmasi usia candi bisa menggambarkan kondisi saat candi dibangun. "Kalau candi ini lebih tua dari Prambanan dan Borobudur, berarti dibangun saat upaya penyebaran Hindu ke Indonesia. Kalau lebih muda, berarti dibangun oleh kerajaan di Indonesia," ungkap Siswanto. Rita mengatakan bahwa candi yang ditemukan langka karena terbuat dari batu bata. Sementara Siswanto menuturkan bahwa penemuan candi ini semakin menambah referensi tentang penyebaran Hindu di wilayah pantai utara Jawa.


3. Kapal kuno situs Kota China Marelan

 
Artefak berupa pecahan-pecahan kapal yang diperkirakan peninggalan abad ke-12 ditemukan di situs Kota China Medan Marelan, Sumatera Utara. "Temuan pecahan kapal oleh Arkeolog Prancis itu memperkuat temuan-temuan sebelumnya," kata Ketua Pusat Studi Sosial dan Ilmu-Ilmu Sejarah (Pussis) Universitas Negeri Medan Dr Ichwan Azhari di Medan, Jumat (24/2/2012). Sebelumnya, pada 1989 arkeolog juga pernah menemukan kapal kuno ditepi Danau Siombak yang lokasinya tidak jauh dari Situs Kota China Medan Marelan. Ichwan mengatakan, pecahan kapal kuno tersebut ditemukan dalam ekskavasi yang dilakukan oleh 30 peneliti, dikepalai Daniel Perret dari Perancis, sejak 28 April 2011 lalu. Pecahan kapal kuno itu ditemukan menjelang akhir eskavasi pada Rabu (22/2/2012) sekitar pukul 17.00 WIB. Pecahan kapal ditemukan pada kedalaman 1,4 meter, pada sebuah kotak gali berukuran 3x4 meter yang berada di Museum Situs Kota China yang digali sejak 6 Februari 2012. Selain pecahan kapal, dalam kotak ekskavasi yang sama, arkeolog juga menemukan pecahan keramik Cina kuno, manik-manik kaca, serpihan emas dan tahi besi. Sejauh ini, umur pecahan kapal belum bisa diketahui secara pasti. Analisis karbon masih perlu dilakukan. Meski demikian, Ichwan mengatakan bahwa penemuan ini semakin menunjukkan bahwa Kota Medan memiliki sejarah panjang sebagai kota internasional. Sebelumnya, Edwards MacKinnon, ilmuwan asal Amerika Serikat dalam disertasinya di Cornell University mengungkapkan bahwa Kota Cina di Medan pernah menjadi bandar perniagaan di Sumatera bagian timur pada abad ke 11. Lebih lanjut, Ichwan mengatakan,  "Dengan temuan itu Pemko Medan perlu mengambil tindakan berupa langkah-langkah penyelamatan Situs Kota China sebelum seluruhnya tergerus oleh masyarakat."Ekskavasi dilakukan atas kerjasama Lembaga Kajian Prancis untuk Asia (EFEO), Pusat Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Medan dan Pussis Universitas Negeri Medan.


4. Kapak Purba di Pati


Tim ekskavasi Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan dua spatula atau alat dari tulang yang berfungsi sebagai pengorek tanah untuk mencari umbi-umbian. Temuan itu melengkapi sejarah dan budaya manusia purba Homo erectus di Situs Patiayam, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Kepala Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta Siswanto, Kamis (16/2/2012), mengatakan, dua spatula itu terbuat dari tulang paha banteng purba dan tanduk rusa purba. Spatula dari banteng purba sepanjang 8 sentimeter dan lebar 3,5 sentimeter, sedangkan dari tanduk rusa purba 3,5 sentimeter dengan lebar 2,2 sentimeter. Spatula itu ditemukan dalam formasi tanah Gunung Nangka lapisan pleistosen, satu lokasi dengan temuan kapak genggam. Hal itu menunjukkan peradaban manusia purba pada zaman Palaeolitikum di Pegunungan Patiayam cukup tinggi. "Mereka beradaptasi dengan lingkungan Patiayam purba. Karena kesulitan mencari bahan baku kapak genggam, mereka memanfaatkan tulang paha hasil buruan sebagai peralatan," kata Siswanto. Sebelumnya, tim menemukan kapak genggam di lokasi yang sama. Bahan baku kapak genggam itu berupa batu silika (kapur padat) yang diduga berasal dari pegunungan karst di Pati dan Rembang, bukan dari kawasan Patiayam.


5. Banteng Purba


Tim Balai Arkeologi Yogyakarta yang melakukan ekskavasi di Situs Patiayam, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pada 7-14 Februari 2012, menemukan fosil banteng purba. "Bagian fosil yang kita temukan adalah tulang belikat. Usia fosil itu diperkirakan sama dengan lapisan yang ditemukan, yaitu dari 750.000 tahun yang lalu," kata Siswanto, Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta. Fosil banteng purba itu ditemukan bersamaan dengan tiga kapak genggam dengan bahan batu andesit dan batu percikan serta alat dari tulang kijang purba. "Fosil yang ditemukan ini berukuran sekitar 30 cm. Ini berbeda dengan alat tulang yang ditemukan. Alat tulang tersebut dibuat dari tulang paha, sementara fosil adalah tulang belikat," sambung Siswanto. Siswanto mengatakan, penemuan fosil ini menggambarkan kondisi masa lampau lingkungan Patiayam yang dihuni oleh manusia purba jenis Homo erectus. "Manusia dengan binatang sudah hidup berdampingan. Kita juga tahu bahwa manusia saat itu masih hidup dengan berburu," ungkap Siswanto saat dihubungi pada Kamis (16/2/2012). Semua artefak yang ditemukan kini masih disimpan di balai desa. Patiayam membutuhkan museum untuk menyimpan artefak-artefak yang ditemukan, sekaligus untuk melakukan analisis lebih lanjut.