7 Kisah Presiden Indonesia dan Kegemarannya Menonton Film

Diposting oleh Unknown on Jumat, 28 Desember 2012


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar nontonbareng Film Ainun Habibie. Bukan kali ini saja SBYmenggelar nonton bareng. Presiden keenam ini memanghobi nonton film. Semua presiden Indonesia ternyata punya cerita masing-masing dengan film. Presiden Soekarno misalnya, dia protes pengusaha film Holywood yang dinilainya rasis pada kulit berwarna. Sementara Soeharto menggunakan film untuk melanggengkan OrdeBaru. Semasa jabatannya, banyak diproduksi filmperjuangan. Tapi film itu dinilai terlalu menonjolkanperan Soeharto. Habibie, Megawati, Gus Dur dan SBY pun punya ceritamasing-masing soal film. Seperti apa kisah para presiden dan film?

1. Soekarno protes pengusaha film Holywood


Soekarno sangat menyukai film. Di Surabaya dulu dia akan menabung untuk bisa menonton bioskop. Kadang karena uangnya kurang, Soekarno muda menonton bioskop dari balik layar. Sehingga film yang ditontonnya terbalik-balik. Tapi Soekarno jengkel menonton film Amerika. Dia pernah menonton film berjudul Broken Arrows. Film itu menceritakan kisah percintaan antara perwira kavaleri Amerika dengan seorang gadis Indian. Akhir film ini tragis. Maka saat bertemu Eric Johnson, pemimpin perusahaan United Artist yang membuat Film itu, Soekarno mempertanyakan kisah tragis dalam film Broken Arrows.

"Kenapa gadis Indian itu harus mati di akhir cerita? Kenapa mereka tidak dijadikan sepasang merpati yang berbahagia? Apakah anda tidak mengira bahwa kami tersinggung oleh kelicikan di layar putih yang terlalu jelas itu. Perbedaan warna kulit yang anda anut membangkitkan perasaan jijik orang Asia! Sampai-sampai anda memperlihatkan kerendahan dari bangsa kulit berwarna," kecam Soekarno. Jawaban Johnson menyakiti hati Soekarno. "Bisnis film adalah bisnis untuk mencari uang. Orang-orang yang berasal dari bagian Selatan akan memboikot film ini bila orang kulit putih dan gadis kulit coklat akhirnya hidup bahagia," kata Johnson. Maka Soekarno tahu bahkan dalam film pun ada propaganda Amerika Serikat soal perbedaan ras. Soekarno pun melarang anak-anak muda Indonesia menonton film barat.


2. Film sejarah berbalut propaganda ala Soeharto


Pemerintahan Soeharto banyak memproduksi film propaganda. Sosok Soeharto selalu digambarkan sebagai pahlawan perang. Film Janur Kuning misalnya. Film yang menceritakan tentang Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta dibuat tahun 1979. Janur Kuning memakan biaya sekitar Rp 350 juta, jumlah yang sangat besar pada masanya. Sosok Soeharto yang diperankan Kaharuddin Syah, mendominasi hampir seluruh film. Dalam sebuah adegan, Soeharto berjalan tujuh hari tujuh malam untuk mengkoordinir pasukannya. Di sini pula terlihat Soeharto menggagas Serangan Umum 1 Maret. Di satu adegan, warga juga tampak bersuka ria dengan kedatangan Soeharto ke sebuah desa. Soeharto juga membuat film propaganda antikomunis. Film berjudul Pengkhianatan G0S PKI itu dulu wajib ditonton setiap tanggal 30 September. Di film ini pula Soeharto secara detil menggambarkan kekejian komunis.


3. Habibie, kisah cinta bapak dan ibu presiden


Habibie adalah presiden pertama yang kisah cintanya difilmkan. Kisah cinta Habibie dan Ainun memang seperti dongeng. Hingga akhir hayat Ainun, cinta Habibie tak ternoda. Adalah sutradara Hanung Bramantyo yang menggarap cerita ini ke layar lebar. Artis Bunga Citra Lestari menjadi Ainun sementara Reza Rahadian memerankan Habibie. Habibie turut mengawasi pembuatan film yang naskahnya diambil dari buku Ainun Habibie yang ditulis Habibie untuk mengenang istrinya. Kemarin, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Ani dan sejumlah pejabat negara, ramai-ramai nonton bareng film ini.


4. Gus Dur, bolos kuliah demi nonton film


Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur keranjingan nonton semasa muda. Saat kuliah di Al Azhar Kairo, lebih mudah menemukan Gus Dur di bioskop daripada di ruang kuliah. Gus Dur menonton semua jenis film. Mulai film Prancis, AS, Timur Tengah, tak ketinggalan film-film Indonesia. Demi hobinya pula, dia tak ragu bolos kuliah. Dari film juga Gus Dur belajar menghargai pluralisme. Menurutnya film adalah cara bertutur yang bisa menggambarkan pandangan suatu kelompok. Makin banyak kita menonton film, makin banyak kita mendapat perspektif sudut pandang. Tak heran Gus Dur begitu menghormati perbedaan, tetapi tak hanyut dalam perbedaan itu.


5. Megawati, mimpi film Indonesia sekelas Bolywood


Megawati Soekarnoputri mengaku gemar menonton film nasional. Mega juga senang melihat film Bolywood. Karena itu dia berharap industri film Indonesia bisa tumbuh seperti di Amerika Serikat, Eropa dan Bolywood. Tahun 2009 lalu, Mega dan para petinggi PDI Perjuangan menonton film King di XXI Plaza Senayan. Film King adalah film yang menceritakan soal bulu tangkis Indonesia. Seperti Soekarno, Mega juga mengaku senang nonton film. Di waktu luang, Mega sering menonton film untuk hiburan. Walau doyan nonton film, Mega mengaku tak berminat menjadi seorang bintang film. "Nggak mau, nanti bayarannya mahal," kata Mega sambil bercanda.


6. SBY, hobi nonton bareng di bioskop


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono gemar menonton film. Jika ada film nasional yang bagus, SBY selalu nonton beramai-ramai mengajak para pejabat. Film yang pernah ditonton SBY di antaranya Ayat-ayat Cinta. SBY pun meneteskan air mata menyaksikan perjuangan Fahri di Kairo. Selain itu SBY juga menonton Laskar Pelangi yang diadopsi dari novel Andrea Hirata. SBY juga menonton film Habibie-Ainun ramai-ramai. Kembali SBY meneteskan air mata haru melihat kisah cinta Presiden ketiga RI ini.